Kisah Nabi Musa dan Kisah Nabi Harun – Cerita Anak Muslim
Nabi Musa lahir dan diutus untuk berdakwah di Mesir ditemani oleh saudaranya yang bernama Nabi Harun. Setelah melalui berbagai rintangan dan cobaan, akhirnya Nabi Musa dan Nabi Harun berhasil membebaskan dan membawa kaum lsrail keluar dari Mesir.
Musa sempat melarikan diri ke Madyan dan menikah di sana, namun kembali lagi untuk berdakwah di Mesir. Musa diangkat menjadi nabi dan menerima wahyu di Bukit Thursinai dan wafat di Gunung Nibu, wilayah Syam.
Kala itu, Mesir diperintah seorang raja yang sangat zalim dan kejam. Raja Mesir tersebut bernama Firaun. la sendiri mengaku sebagai tuhan yang harus disembah oleh seluruh rakyatnya. Jika ada yang membangkang, ia tidak segan-segan memberikan hukuman kepadanya. Rakyat benar-benar merasa hidup menderita di bawah kepemimpinannya.
Suatu malam, Firaun bermimpi seolah-olah melihat negeri Mesir yang dipimpinnya terbakar habis. Seluruh rakyatnya mati, kecuali seorang dari bani Israil. Firaun menjadi gelisah sejak datangnya mimpi tersebut. la mengumpulkan seluruh ahli ramal untuk mengartikan mimpinya.
Setelah terkumpul, salah seorang dari mereka berusaha mengartikan mimpi tersebut. la berkata bahwa suatu saat akan datang seorang laki-laki dari keturunan bani Israil yang akan meruntuhkan kekuasaannya. Mendengar hal itu, Firaun menjadi gelisah dan ketakutan.
Sejak saat itu, ia memerintahkan kepada bawahannya agar membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari keturunan bani Israil. Setiap ibu yang hamil dari keturunan bani Israil dilanda kegelisahan. Mereka khawatir jika bayi mereka nanti adalah laki-laki karena akan dibunuh.
Allah berfirman, “Sungguh, Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, membunuh anak laki-laki mereka, dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Di tengah kondisi yang mencekam tersebut, lahirlah seorang bayi laki-laki keturunan Israil. Bayi ini dilindungi oleh Allah. Allah berkata kepadaYukabad, ibu bayi tersebut, “Susuilah dia dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai. Janganlah kamu khawatir dan janganlah bersedih hati karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya rasul.”
Akhirnya, bayi tersebut dihanyutkan ke Sungai Nil.
Siti Asiah, Istri Firaun, menemukan sebuah peti di Sungai Nil. la membuka peti tersebut. Alangkah terkejutnya ketika ia mengetahui bahwa isi peti tersebut adalah seorang bayi laki-laki. la lalu membawanya dan memperlihatkannya kepada Firaun. Firaun sangat marah ketika mengetahui istrinya membawa bayi laki-laki. la berkata kepada istrinya,
“Berikan bayi itu Aku akan membunuhnya karena dia kelak akan menghancurkanku.”
lstri Firaun berkata, “Baginda, ia adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya. Mudah-mudahan, ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak.” Asiah terus saja bersikeras dengan pendapatnya.
Sejak saat itu, Musa tinggal bersama Firaun dan istrinya. Asiah mencarikan ibu yang dapat menyusui bayi temuannya. Sementara itu, di tempat tinggalnya, ibu Musa yang bernama Yukabad gelisah. la khawatir kalau bayinya ditemukan Firaun dan dibunuh. la menyuruh saudara perempuan Musa yang bernama Maryam untuk mencari informasi tentang Musa. Akhirnya, Maryam mendapatkan informasi bahwa Musa dalam asuhan istri Firaun. Sekarang, istri Firaun sedang mencari ibu yang dapat menyusuinya. Dengan cepat, Yukabad mengajukan diri menjadi ibu susu bagi Musa.
Suatu ketika, Firaun sedang menggendong dan bercanda dengan bayi Musa. Tiba-tiba, bayi Musa menarik jenggot Firaun hingga beberapa helai rambutnya rontok. Firaun sangat marah. la merasakan bahwa bayi tersebut kelak memiliki kekuatan yang akan menghancurkannya. Firaun hampir saja membunuhnya. Akan tetapi, istrinya mencegahnya. Istrinya berkata, “Baginda jangan marah kepadanya. Maafkanlah ia. la masih kecil.”
Akhirnya, Firaun menuruti kata-kata istrinya. Firaun memang dikenal sebagai raja yang sangat kejam. Akan tetapi, Firaun sangat menyayangi dan mencintai istrinya. la selalu menuruti keinginan istrinya tersebut.
Musa beranjak dewasa. la diberikan petunjuk oleh Allah bahwa dirinya bukanlah anak kandung Firaun. Sejak kecil, sebenarnya, Musa sudah merasakan bahwa Firaun bukanlah ayah kandungnya. la sering merasa kesal dengan perilaku Firaun yang sewenang-wenang terhadap rakyat.
Suatu hari, Musa berjalan-jalan menikmati pemandangan sekitar istana. Tiba-tiba di tengah jalan, ia melihat dua orang sedang bertengkar. Yang satu adalah seorang Qibti dan merupakan pejabat istana. Yang satunya adalah orang Israil dan merupakan seorang budak. Nabi Musa berusaha melerai pertengkaran tersebut. Akan tetapi, orang Qibti tersebut marah dan menyerang.
Musa tidak punya pilihan lain kecuali melayani serangannya. Musa membalas pukulan dan serangan orang Qibti tersebut. Di luar dugaan, pukulannya membuat orang Qibti itu mati.
Musa sangat menyesal dengan perbuatannya. la tidak bermaksud membunuh orang Qibti tersebut. Musa merasa ketakutan. Kemudian, ia berdoa kepada Allah, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri. Oleh karena itu, ampunilah aku.”
Allah mengampuninya. Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Musa berkata, “Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa.”
Pada hari yang lain, Musa menemui kejadian yang sama. la melihat orang Qibti dan Israil bertengkar. Ketika Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata, “Hai Musa, apakah kamu bermaksud untuk membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seseorang? Kamu hanya ingin menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri ini. Tidaklah karnu berusaha untuk mendamaikan dari sebuah perselisihan.”
Teriakan orang Qibti itu terdengar oleh salah seorang pejabat Firaun. Orang tersebut mengadukan peristiwa tersebut kepada Firaun.
Pembelaan Musa terhadap orang Israil menimbulkan kemarahan besar Firaun. la memerintahkan pasukannya untuk mencari Musa. Musa mengetahui bahwa dirinya akan ditangkap dan dihadapkan kepada Firaun.
Sementara itu, Musa mendapatkan petunjuk dari Allah agar segera meninggalkan Mesir. Seorang laki-laki dari ujung kota dengan terburu-buru mendatangi Musa. Laki-laki itu berkata, “Hai Musa, sesungguhnya, pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu.
Oleh sebab itu, keluarlah dari kota ini. Sesungguhnya, aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu”. Orang itu kemudian menyarankan kepada Musa agar segera meninggalkan Mesir.
Musa menerima saran orang tersebut. la segera pergi. Dalam perjalanannya, ia terus berdoa kepada Allah. la memohon keselamatan dirinya dari pengejaran pasukan Firaun.
Musa melakukan perjalanan selama delapan hari delapan malam. Akhirnya, ia sampai di Madyan. la merasa kelelahan. Oleh karena itu, ia berteduh di bawah sebuah pohon, dekat sebuah sumber air. Di sana, ia menyaksikan para penggembala mengantre mengambil air untuk kambing-kambing mereka. Musa terkejut ketika melihat dua penggembala wanita diantara para penggembala lain yang semuanya laki-laki.
Musa lalu menawarkan diri untuk menolong kedua penggembala wanita tersebut. Kemudian, Musa mengambilkan air hingga domba-domba kedua wanita tersebut mendapatkan jatah minum.
Kedua orang wanita itu berterima kasih kepada Musa. Lalu, mereka pamit untuk pulang. Sampai di rumah, kedua penggembala wanita tadi menceritakan peristiwa yang baru mereka alami kepada ayah mereka, Syu’aib. Nabi Syu’aib merasa tertarik dengan cerita kedua putrinya tersebut. la ingin mengenal lebih jauh tentang pemuda yang menolong kedua anaknya. la memerintahkan anaknya untuk membawa Musa ke rumahnya.
Ketika bertemu Musa, mereka berkata, “Sesungguhnya, ayah kami mengundang engkau sebagai tanda terima kasih atas apa yang telah engkau lakukan kemarin.”
Musa menerima undangan tersebut. la mendatangi Nabi Syu’aib. Musa menceritakan kepadanya tentang pengejaran pasukan Firaun.
Syu’aib berkata, “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu”. Kemudian, Nabi Syu’aib menawarkan kepada Musa untuk tinggal di rumahnya. Musa sangat senang. la menerima tawaran tersebut.
Sejak saat itu, Musa tinggal bersama keluarga Nabi Syu’aib. Setiap hari, ia membantu kedua putri Nabi Syu’aib untuk menggembalakan kambing. Musa memang sosok yang cekatan dan ulet dalam bekerja. Hal ini membuat Nabi Syu’aib tertarik dengan kepribadiannya. Nabi Syu’aib bermaksud menikahkannya dengan putrinya.
Nabi Syu’aib kemudian memanggil Musa. Lalu, ia berkata kepadanya, “Musa, sesungguhnya, aku berrnaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini. Apa engkau mau?”
“Menikahi putri Anda?”
“Ya, tapi ada syaratnya,” kata Nabi Syu’aib.
“Apa syaratnya?” tanya Musa.
“Kamu bekerja denganku selama delapan tahun. Akan lebih balk jika kamu genapkan menjadi sepuluh tahun.”
“Jika itu syaratnya, lnsya Allah saya menyanggupinya.”
Kemudian, Musa menikah dengan putri Nabi Syu’aib yang bernama Shufairah. Keduanya hidup bahagia. Musa terus membantu mertuanya yang semakin tua renta. la menggembalakan kambing, bercocok tanam, berdagang, dan melakukan pekerjaan lainnya.
Musa diangkat menjadi Nabi
Sudah sepuluh tahun, Musa membantu keluarga Nabi Syu’aib. Kemudian, Musa meminta pamit kepada mertuanya. la akan kembali ke Mesir sambil membawa istrinya karena Allah memberikan petunjuk agar ia berdakwah di Mesir.
Nabi Syu’aib pun mengizinkannya. la juga mendoakan keselamatan Musa dan putrinya. Pagi hari yang cerah, Musa dan istrinya berangkat ke Mesir, Mereka sering beristirahat karena kondisi istri Musa yang sedang hamil tua dan merasa kelelahan. Ketika malam datang, Shufairah (Shafura) merasa kedinginan karena hawa gurun yang sangat dingin. Musa bermaksud mencarikan api untuk menghangatkan badan istrinya. Ketika itu, Musa melihat api dari kejauhan. la menyangka api tersebut berasal dari musafir yang melakukan perjalanan. la berkata kepada istrinya, “Istriku aku melihat api di kejauhan. Aku akan ke sana. Tunggulah, mudah-mudahan aku dapat membawa api itu ke sini agar kamu dapat menghangatkan badan.”
Kemudian, Musa bergegas menuju ke tempat api tersebut. la sangat terkejut ketika mengetahui bahwa api tersebut melekat pada pohon kurma dan bukan api yang dibawa musafir. Musa merasakan firasat aneh. Tubuhnya tiba-tiba gemetar. Lalu, telinganya mendengar sebuah suara dari pinggir lembah sebelah kanan pohon kurma tersebut, “Hai Musa, sesungguhnya aku adalah Allah. Tuhan semesta alam.”
Musa masih gemetar. la menerima wahyu dari Allah. Terjadilah dialog antara Allah dan Musa di tempat itu. Tempat itu dikenal dengan nama Bukit Thursinai. Tidak lama kemudian, Allah berkata, “Hai Musa, lemparkanlah tongkat yang berada di sebelah kananmu itu!”
Musa kemudian melemparkan tongkat tersebut. Tiba-tiba saja, tongkat tersebut berubah menjadi ular. Ketika Musa melihatnya, ia sangat kaget dan mencoba untuk lari ke belakang tanpa menoleh.
Allah berkata kepadanya, “Hai Musa, datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya, kamu termasuk orang-orang yang aman. Tongkat itu akan menolongmu dalam berdakwah. Selain itu, ia akan menjadi mukjizatmu yang akan membuktikan kenabianmu. Sekarang, masukkanlah tanganmu ke saku bajumu maka tanganmu akan bercahaya!”
Musa pun berhenti dari larinya dan kembali ke tempat ketika Allah memanggilnya. Meski masih kaget, Musa memberanikan diri untuk mendekat dan melakukan perintah dari Allah tersebut. Keajaiban kembali ia saksikan. Tangan yang ia masukkan ke dalam saku bajunya bercahaya ketika ia keluarkan.
Itulah dua mukjizat yang diberikan Allah kepada Musa. Lalu, Allah menguatkan hati Musa dan mengangkatnya sebagai nabi yang diutus Allah untuk berdakwah di Mesir.
Musa sangat bersyukur kepada Allah. Tidak lama kemudian, Musa kembali menemui istrinya dan melanjutkan perjalanan menuju Mesir.
Musa dan istrinya menempuh perjalanan yang lama. Akhirnya, mereka tiba di Mesir. Musa lalu menemui saudaranya yang bernama Harun. Dari Harun, Nabi Musa mengetahui kondisi rakyat Mesir yang semakin menderita di bawah kekuasaan Firaun. Firaun semakin zalim dan kejam terhadap rakyatnya. Firaun memaksa rakyat mengakuinya sebagai Tuhan dan harus menyembahnya. Firaun tidak segan-segan pula menghukum rakyat yang berani menentang atau membangkangnya.
Mendengar penuturan Harun tersebut, Musa sangat sedih. la merasa prihatin terhadap kondisi rakyat Mesir. la bertekad untuk melawan Firaun. Musa lalu berdoa pada Allah, “Ya Tuhanku, sesungguhnya, aku telah mambunuh seorang manusia dari golongan mereka. Aku takut mereka akan membunuhku. Saudaraku Harun lebih fasih lidahnya daripada aku. Utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkanku karena sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku.”
Lalu, Allah menjawab doa Nabi Musa, “Kami akan membantumu dengan saudaramu (Harun) dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar maka mereka tidak dapat mencapaimu. Dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang.”
Nabi Musa dan Harun kemudian mendatangi Firaun. Keduanya bertemu dengan Firaun yang ketika itu tidak mengenali Nabi Musa setelah sepuluh tahun berpisah. Firaun lalu berkata kepadanya, “Siapakah kalian? Apa maksud kedatangan kalian ke sini?”
“Kami adalah Musa dan Harun, utusan Allah,” jawab keduanya.
“Musa?” Firaun langsung teringat dengan seorang anak yang pernah diasuhnya beberapa tahun yang lalu.
“Ya, aku Musa yang pernah engkau asuh dahulu. Lalu, engkau menyuruh pengawalmu untuk membunuhku,” jawab Musa.
“Bukankah kami telah mengasuhmu waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun? Akan tetapi, kamu telah berbuat suatu perbuatan yang tercela. Sesungguhnya, kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas budi,” kata Firaun dengan nada yang ditekan.
“Aku memang telah melakukannya karena aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf,” kata Musa.
“Kamu benar-benar tidak tahu balas budi. Sekarang, kamu datang mengaku sebagai utusan Tuhan Semesta Alam. Tuhan yang mana?” tanya Firaun
Musa menjavvab, “Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya jika kamu sekalian memercayai-Nya.”
Firaun menjadi marah dan berkata, “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, aku akan menangkap dan memenjarakanmu.”
Musa berkata, “Apakah engkau akan memenjarakan aku juga jika aku mampu menunjukkan kepadamu bukti-bukti yang nyata?”
Firaun berkata, “Perlihatkanlah kepadaku bukti-bukti itu jika apa yang kamu katakan itu adalah benar.”
Musa melemparkan tongkatnya. Lalu tiba-tiba, tongkat itu berubah menjadi ular yang terlihat sangat nyata. Musa menarik tangannya. Tiba-tiba, tangan itu menjadi putih bercahaya.
Firaun sebenarnya merasa takjub. Akan tetapi, ia tetap mempertahankan kesombongannya. Lalu, ia berkata kepada pembesar-pembesar yang berada di sekelilingnya dengan nada mengejek,
“Sesungguhnya, Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai.”
Setelah itu, ia mendatangkan tukang sihir andalannya dan menantang Musa untuk menandinginya. Musa pun menyanggupinya.
Firaun memberikan perintah kepada bawahannya agar mengumpulkan seluruh rakyatnya untuk berkumpul di alun-alun. Rakyatnya akan menyaksikan pertandingan antara Musa dan tukang sihirnya.
Pada hari yang telah ditentukan, Musa pun berhadapan dengan tukang sihir Firaun. Sebelum bertanding, Musa berdoa kepada Allah dan kemudian bersiap-siap. Para tukang sihir itu pun menunjukkan kesaktiannya. Mereka melemparkan tali-tali ke lapangan. Seketika itu juga, tali-tali tersebut berubah menjadi ular.
Kemudian, Musa mengeluarkan tongkatnya. Tongkat tersebut berubah menjadi ular besar dan melahap seluruh ular kecil milik tukang sihir Firaun. Para tukang sihir tersebut merasa takjub pada kesaktian Musa. Mereka lalu mengaku kalah dan beriman kepada kenabian Musa.
Melihat peristiwa itu, Firaun menjadi sangat marah. la berkata kepada para tukang sihirnya, “Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya, dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui. Aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya”.
Mereka berkata, “Tidak ada kemudharatan bagi kami. Sesungguhnya, kami akan kembali kepada Tuhan kami. Kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman.”
Firaun menjadi semakin marah. la lalu memberikan hukuman kepada para tukang sihirnya yang telah beriman clan mengikuti ajaran Nabi Musa. Sejak peristiwa itu, pengikut Nabi Musa dan Nabi Harun semakin banyak.
Firaun tenggelam di Laut Mati
Nabi Musa, Nabi Harun, dan pengikutnya bersiap untuk mengadakan perlawanan terhadap Firaun. Akan tetapi, rencana tersebut telah diketahui oleh Firaun dari mata-matanya. Kemudian, Firaun segera menyiapkan pasukan yang lebih besar.
Sebelum mengadakan serangan. Musa mendapatkan petunjuk dari Allah agar ia dan pengikutnya segera menyingkir ke Palestina. Mereka pun akhirnya meninggalkan Mesir.
Firaun yang mengetahui Musa dan pengikutnya meninggalkan Mesir menjadi sangat marah. la kemudian memimpin pasukan untuk mengejar Musa dan pengikutnya. Akhirnya, ia berhasil menemukan Musa dan pengikutnya di tepi Laut Merah. Pengikut Musa mulai panik ketika melihat pasukan Firaun semakin dekat. Sementara itu, mereka harus menunggu kapal untuk menyeberang.
Allah memerintahkan Nabi Musa agar memukulkan tongkatnya ke laut Merah. Tiba-tiba, laut itu terbelah menjadi dua. Lalu, Musa dan pengikutnya segera menyeberang dan selamat sampai daratan.
Firaun dan pasukannya bermaksud menyusul para pengikut Musa. Ketika pasukan Firaun sampai di tengah jalan, Allah memerintahkan Nabi Musa agar memukulkan tongkatnya. Jalan tersebut akhirnya menjadi laut kembali. Akibatnya, Firaun dan pasukannya tenggelam. Sementara itu. Musa dan para pengikutnya selamat.
Binasanya Firaun dan pasukannya tentu saja membuat kaum bani Israil senang. Mereka akhirnya bisa menjalani kehidupan dengan bebas tanpa tekanan dan penderitaan. Nabi Musa kemudian memimpin mereka untuk beribadah kepada Allah.
Pada suatu hari, Nabi Musa hendak pergi ke Bukit Sinai untuk menerima wahyu dari Allah. la kemudian meminta Harun untuk menggantikannya dalam memimpin bani Israil. Nabi Musa kemudian pergi ke Bukit Sinai hingga empat puluh hari.
Setelah ditinggalkan Nabi Musa, seorang laki-laki yang bernama Samiri merasa iri kepada Musa. la iri karena Musa yang mampu membawa orang-orang untuk mengikutinya. Maka suatu hari ia merampas seluruh perhiasan dari kaum bani lsrail dengan tipu dayanya. Lalu dengan keahliannya, ia melebur semua perhiasan emas tersebut dan kemudian membentuknya menjadi patung seekor anak sapi dari emas. Jika angin bertiup dan masuk ke dalam mulut sapi itu, maka keluarlah suara yang mirip dengan suara sapi. Hal ini telah membuat kagum bani lsrail mereka. Samiri kemudian menghasut mereka untuk menjadikan patung sapi tersebut sebagai tuhan Bani lsrail terpengaruh dan mereka pun kemudian menyembah patung sapi itu. Mereka telah lupa kepada Musa dan Tuhannya yang telah menyelamatkan mereka dari kezaliman Firaun
Nabi Harun mencoba memperingatkan mereka, bahwa mereka telah melakukan kesesatan yang dosanya sangat besar. Harun terus berusaha untuk menyadarkan mereka agar tidak menyembah patung sapi itu. Namun usaha yang dilakukan Harun sia-sia. Kaum bani lsrail tetap keras kepala dengan menyembah patung sapi buatan Samiri.
Setelah Nabi Musa selesai berdoa kepada Allah, ia kemudian kembali kepada kaumnya. Namun ia kaget ketika menemukan kaumnya telah kembali kepada kesesatan dengan menyembah patung sapi. Nabi Musa kemudian mendatangi Harun untuk mendapat penjelasan.
Nabi Harun menjelaskan apa yang telah terjadi dengan kaumnya. Lalu Nabi Musa mendatangi kaumnya dan berkata, “Hai kaumku! Bukankah Tuhanmu menjanjikan kepadamu suatu janji yang balk? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu, atau kamu menghendaki agar kemurkaan Tuhan menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu denganku?”
Lalu mereka menjawab, “Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami harus membawa beban-beban dari perhiasan kaum Firaun, maka kami melemparkannya dan demikian pula Samiri melakukannya. Kemudian Samiri mengeluarkan dari perhiasan itu anak lembu yang bertubuh dan bersuara.”
Kemudian Nabi Musa menyuruh mereka bertobat kepada Allah. Nabi Musa pun kemudian, memohonkan ampunan atas kesalahan yang telah mereka lakukan. Allah kemudian menerima tobat mereka karena Allah Maha Pengampun atas segala dosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar